12 April 2020, sebulan lebih sepuluh hari yang lalu, tepatnya 2 Maret, kasus pertama corona di Indonesia diumumkan langsung oleh presiden yang terhormat. Sampai hari ini, tercatat 4241 positif covid 19. Angka yang fantastis untuk satu bulan bukan?
Kita turut mendoa semoga yang positif, PDP, ODP, paramedis berikut keluarga mereka selalu dikuatkan kesabarannya. Diberi kesembuhan bagi yang sedang sakit. Aamiin aamiin.
Bagaimana sisi lain? Mereka yang harus bersabar karena tinggal di rumah, terkena dampak ekonomi akibat slowdown atau karantina?
Saya melihat teman yang biasa jualan lebih cepat beradaptasi. Dari yang awalnya jual baju, jadi jual camilan, frozen food siap antar. Yang lain banting setir jual sabun cuci tangan, sayur online.
"Saya mau jual mie ayam nanti di rumah." Pak penjual dawet setengah melapor. Di kawasan yang biasa ramai orang jualan: soto ayam, batagor, ketoprak, siang itu sepi. Hanya pak dawet saja yang terlihat di ruas jalan depan SMKI, SMM, SMSR. Mungkin karena ini hari Minggu? Bisa jadi. Yang jelas, si Pak Dawet ternyata sudah beradaptasi pula. Dari jualan dawet jadi jualan mie.
"Lha tetangga saya itu ambil dawet dari saya. Dia jual di rumah, Mbak." Kebiasaan bertanya saya dijawab mas dawet dengan santuy-nya. Ternyata ... kemampuan beradaptasi dengan cepat tidak hanya milik para pemilik gelar sederet sajah. Atau mereka yang punya bisnis beromzet puluhan, ratusan jutah.
Well, mendoa lagi ah. Agar pemimpin negeri ini bisa juga cepat beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang ada. Agar corona tidak makin merajalela. Betul, betul, betul?
Terlebih setelah kondisi sosial ekonomi masyarakat bisa diprediksi sambil tutup mata akan lebih 'ruwet' dengan dilepasnya para napi. Memang sudah ada kasus covid di lapas kita seperti Amerika atau Italia? Sampai ikut lepaskan puluhan ribu napi seperti negara lainnya?
Ah, itu semua soal biar para 'penggede' negeri yang atasi. Kita mah doa dan tonton sajah. Mensosialisasikan jaga jarak, tinggal di rumah sama cuci tangan di lingkungan sekitar saja butuh usaha tersendiri.
"PR-ku banyak banget, Bu. Bantuin, ya, Bu." Meski UN sudah dihapus, tugas seabrek hadir sebagai ganti. "Aku ndak kerjakan PR, Bu.' Anak lain santuy bicara. "Lha, gurunya itu buat PR banyak. Mestinya belikan kuota juga." Well ... bersyukurlah yang tidak ada kendala akses kuota atau internet yang ada.
"Pengeluaran banyak, pemasukan zonk, Mbak." Laporan ibu muda dua anak. Tempat beliau kerja stop beroperasi akibat dampak covid 19. Bagaimana tidak? Lha wong bakpia produksi mereka biasa dijual di Malioboro. Sekarang Malioboro, Yogya sepi. Para pemilik obyek wisata yang biasa sibuk layani wisatawan jadi sibuk bersih-bersih area wisata. Begitu juga yang kerja sebagai penjual camilan semacam bakso tusuk untuk disetor ke pasar, sekolah. Sekolah libur, trus piye? Yang dekor manten juga kena imbas. Padahal dialah tulang punggung keluarga. Ada empat orang dalam tanggungannya.
Manusia adalah makhluk yang cepat beradaptasi dengan kondisi. Entah darimana, dari siapa saya dapat kutipan itu. Yang pasti saya butuh kebenaran kalimat itu mewujud nyata, terutama bagi mereka yang rasakan beratnya ekonomi akibat wabah ini.
Orang Jawa itu kuat-kuat kata Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib). Soimah dalam salah satu videonya bilang kurang lebih, jangan dramatisir keadaan. Tinggal di rumah. Makan seadanya tidak apa-apa. Toh, Soimah dulu pernah alami makan hanya dengan bawang juga bisa selamat sampai sekarang. Seorang ustadz bahkan dikatakan oleh istrinya, ndak rewel soal makanan. Makan dengan garam saja cukup. Itu beliau katakan bertahun lalu.
Jadi .. ketika makanan, perut sudah tidak masalah, solusi bagi masalah ekonomi semoga kan nampak. Aamiin aamiin.
Well, di daerah Jomegatan, Ngestiharjo Kasihan Bantul DIY, selain ekonomi, kondisi rumah jadi masalah juga. Pernah melihat rumah hanya berkamar dua? Satu kamar tidur, satu ruang tamu sementara kamar mandi di luar? Di Jomegatan, beberapa rumah seperti itu. Terbayang bagaimana bila rumah terisi empat orang (pasutri dan dua anak) seharian?
Well, semoga semua diberi tambahan kekuatan untuk hadapi semua ini. Lakukan saja, fokus pada apa yang kita bisa lakukan di tengah bencana yang ada? Tiada daya, kekuatan tanpa ijin-Nya. Dan harapan adalah tali penghubung antara hamba dengan Pencipta-Nya (Mario Teguh).
Penunggu Homestay Bale Abimantrana, 2nd floor, A.12.04.20.
#fastwriting #sisir001
#bangunegeridengancerita
Komentar
Posting Komentar