Ternyata, aku baru sadar. Masih begitu banyak hal yang tidak kutahu.
Begitu banyaknya sehingga kalau Allah
mengibaratkan setetes air di tangan adalah nikmat dunia sementara seember air
atau bahkan air di lautan adalah kenikmatan akherat, maka itulah tahuku,
setetes air di jari tangan.
Sangat sedikit dibanding jumlah air seember.
Sangat sangat sedikit dibanding air selautan.
Begitu juga tahuku tentang surga. Setiap kata
surga terucap, yang terbayang di benak adalah nikmatnya dilayani berikut
asyiknya ketika setiap ingin terpenuhi.
Surga adalah juga keindahan, keteduhan,
keluasan, hijau yang menyejukkan. Tidak ada yang kotor dan tidak suci.
Semuanya indah, menyenangkan mata dan hati.
Aku tidak, kurang berpikir akan seperti apakah
kehidupan di surga.
Bayanganku selama ini. Hanya ada raja dan ratu
penghuni istana-istana surga. Sudah.
Jadi, surga adalah kumpulan istana dengan raja
ratu di dalamnya.
Aku tidak benar-benar paham bahwa ada struktur
sosial juga di surga, ternyata.
Hadisnya sudah lebih sekali kudengar.
Namun baru sekarang kusadar, bahwa hadis
tersebut ajarkan kita tentang sturuktur masyarakat surga.
Nabi saw bersabda bahwa cucu-cucu beliau akan
menjadi pemimpin para pemuda di surga. Begitu juga istri-istri beliau, adalah
pemimpin para wanita surga.
Kalau ada pemimpin, mestinya, normalnya ada
yang dipimpinkan?
Di dunia, pemimpin seolah berkedudukan lebih
tinggi dan terhormat dari yang dipimpinnya.
Meski sekarang aku sadar, bahwa derajat
manusia, tinggi rendahnya tidak dinilai dari kedudukan dan fungsinya di dunia.
Selain takwa –yang hanya Allah yang benar-benar
tahu siapa yang sejatinya takwa pada-Nya—aku kira, kerelaan, keridhoan kita
menerima diri kita apa adanya, kelebihan kelemahan termasuk ketidak punyaan
minat bakat memimpin misalnya adalah poin krusial dan penting.
Bagaimana Iblis menerima takdirnya sebagai
musuh kekasih Allah misalnya. Itu poin yang patut dijadikan catatan.
Seperti apa yang pernah terucap dalam sebuah
film.
”Biar aku masuk neraka agar kau masuk surga.”
Iblis rela dimusuhi karena kehidupan di dunia –yang
notabene ciptaan Allah, skenario dan keinginan Allah-- butuh keseimbangan,
yinyang agar bisa berjalan. Ada baik, buruk, benar salah, nabi dan iblis.
Itulah yang Iblis katakan kepada Nabi saw saat
beliau saw tawarkan bantuan untuk meminta maaf dan ampunan Allah.
“Hai, Muhammad. Kau adalah pemimpin mereka yang
taat pada Allah. Sementara aku adalah pemimpin mereka yang ingkar pada-Nya.”
Wallahu’alam.
Yogya,
Selasa, 04 Januari 2022 pkl 11.56 WIB
Image by Gordon Johnson from Pixabay , https://pixabay.com/vectors/social-media-connections-networking-3846597/,
https://pixabay.com/users/gdj-1086657/
Komentar
Posting Komentar