Hari
ini Kamis, 18 November 2021 pkl 09.45 WIB.
Yuhuu,
assalamualaikum pecinta keindahan. Pagi ini ku ingin berbagi syukurku kemarin
Rabu, 17 November.
Hm
pertama, ku bersyukur karena diberi keinginan, niat untuk bangun lebih pagi.
Well, semakin pagi kita bangun, semakin banyak yang bisa dilakukan dan
terselesaikan, right?
Jadi
begitulah. Aku bersyukur karena setidaknya punya keinginan, niat itu. Walau
faktanya, baru hari ini bisa terlaksana hehe.
Syukur
yang kedua adalah karena temukan manisnya polah keponakan lelaki pagi kemarin.
Ia tiba-tiba berkata akan membelikan sesuatu.
“Mah
–singkatan dari ammah, bibi pihak perempuan— ammah mau aku jajain? Mau apa?”
Bocah lima tahun itu bertanya. Aku sempat menganggapnya bercanda. Biasanya ini
anak paling perhitungan. Tetapi pagi ini, wajah polos mulus tanpa jerawat dan
bekas komedo itu menampakkan raut serius.
Aku
berpikir sejenak. Apa ya? Jajanan yang murah meriah, receh namun rasanya tidak
recehan. Akhirnya tersebutlah satu nama beraroma coklat, makanan kesukaan.
Tak
disangka, si bocah segera pergi ke warung kelontong, tetangga rumah. Sempat
terdengar percakapan singkatnya dengan my
mom, his Uti. Entah penjelasan apa yang diberikan anak pinter omong itu.
Ya,
Deska memiliki sebuah tahi lalat di dekat bibir. Ada yang menafsirkan, orang
dengan ciri seperti itu adalah mereka yang suka berbicara. Well, agar terdengar lebih positif, kubilang saja, pandai bicara.
Tak
lama, anak berambut hitam cokelat itu telah kembali naik ke lantai atas nan
sederhana, di mana kamarku berada.
“Wah,
kamu baik banget, Des. Jajain ammah. Terima kasih banyak.” Sepenuh hati ucapan
itu terlontar. Deska tersipu-sipu dan berguling di kasur, memeluk guling
berikut si sapi, boneka kesayangan yang sering dibawanya.
Ih,
lucu juga melihat penggemar game itu
tersipu sedemikian rupa. Geli dan hangat hati terasa. Meski benak berpikir. Ada
apa dibalik semua kebaikan bocah imut itu? Kagak biasanya. Apakah dia mau
mengajak bermain bareng, pinjem HP atau laptop? Tapi pikiran lain menepis
curiga yang ada dan memilih menikmatinya.
Syukur
berikutnya, berkaitan dengan camilan. Rabu siang kemarin, ku yang tidak biasa
dan tidak ahli masak, karena bujukan kakak Deska –Hana-- berikut booming acara kuliner di TV maupun
medsos jadi mulai suka mencoba satu dua resep makanan. Specially, resep camilan untuk dua bocil di rumah.
Nah,
kemarin siang, memanfaatkan tahu yang tersisa di kulkas, terhidanglah camilan
campuran tahu, telur dan tepung bumbu. Hasilnya? Tidak terlalu oke. Bentuknya
juga tidak semanis camilan sebelum-sebelumnya. Terlalu asin juga.
Tetapi
yang membuat bahagia, ludes juga semua, tak bersisa. Alhamdulillah. Mungkin
karena dua bocil bosan dengan menu makan siang yang biasa, jadi, camilan yang
ada adalah alternatif makanan yang patut dihabiskan tanpa sisa.
Lepas
Maghrib, ketika bakwan jagung coba kubuat dan gagal dengan suksesnya karena
terasa kurang asin bagi lidah anak-anak, kurang crispy alias setengah bantat,
aku temukan kesimpulan itu.
Keluarga
kami memang penggemar rasa asin. Terlalu asin oke. Kurang asin? Jadi agak malas
menghabiskannya.
Membuat
makanan terpengaruh oleh rasa yang ada. Ketika sedang enak hati, makanan yang
dibuat pun akan ikut enak juga. Tetapi ketika sedang kacau rasa dan pikiran,
makanan seolah ikut tidak karuan. Itu beneran atau hanya sugesti, ya?
Tetapi
pengalaman sampai hari ini, membuktikan. Ketika senang hati saat memasak, maka
hasilnya juga akan baik-baik saja. Paling keasinan yang tidak masalah bagi
penggemar asin dan gurih seperti keluarga kami.
Beda
hal ketika pikiran dan perasaan tidak menyatu saat memasak. Makanan jadi tidak
karuan juga hasilnya.
Well, sepertinya itu dulu kesyukuran yang bisa dibagi hari ini.
Sebenarnya ada lagi hal lain yang bisa disyukuri kemarin. Tetapi karena
terbatasnya waktu, cukup sekian dulu. Sampai bertemu di syukur berikutnya.
Wassalaamu’alaikum J
Foto: Image by Елизавета Кардасева from Pixabay
haish kenapa pula kembali memutih terhigh light seperti entu. apakah karena dari mail? OMG betapa banyak yang belum kuketahui hiks hiks
BalasHapus